Jumat, 09 Januari 2015

Bupati KLU Hadiri Maulid Adat Bayan

 
DKB, Mulud Adat Bayan merupakan suatu ritual perayaan yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan Masyarakat adat terhadap Nabi Muhammad Saw. Yang pada Acara Puncaknya di hadiri oleh Pak Bupati KLU. H. Djohan Sjamsu SH. Setelah menyaksikan Praja Mulud Adat, beliau moto bersama dengan beberapa tamu Negara untuk promosi wisata budaya, 06/01/15

Musunan Karang Bajo Kertamalip memaparkan bahwa Dalam pelaksanaan Maulid adat di Masjid Kuno Bayan  dilaksanakan selama dua hari, oleh semua Jama’ah adat Bayan timur, Bayan Barat dan Karang Bajo, yang pertama disebut Kayu Aiq dan yang kedua disebut Gawe. Berdasarkan Wariga Sereat Adat Bayan ( kalender adat Bayan ) Mulud Adat dilaksanakan  tanggal  11 -12 Rabiul awal  / 14 – 15 Rabiul awal H, tepatnya tanggal 5 – 6 januari 2015 M.

I.    Kayu aiq
        Kayu Aiq merupakan hari pertama dalam prosesi Mulud Adat Bayan tanggal 11 Rabiul awal / 14 Rabiul awal H, dimana pada hari ini Masyarakat adat berbondong-bondong berdatangan ke Kampu untuk membawa bahan makanan yang berupa padi, kelapa, ketan, dan beberapa ternak. Hasil bumi dan batun dupa (uang bolong atau rupiah ) yang dibawa oleh   Masyarakat di hkaturkan kepada seorang perempuan yang disebut “Inan Meniq” serta menyampaikan nazarnya kemudian diberikan tanda di dahi warga adat dengan mamaq (sirih, pinang dll) sebagai ritual penandaan anak (kauman) adat yang disebut “menyembeq”.
   
        Hasil bumi dan ternak itu akan dijadikan sebagai menu makanan pada hari kedua/gawe atau puncak acara, makanan tersebut disajikan bagi Kyai, tokoh adat serta Masyarakat adat,  Pada hari Kayu Aiq ini ada beberapa prosesi yang dilaksanakan, yaitu : Balen Unggun, Bisok Rantok, Ngalu Gerantung, Menutu, Tunggul, enjemputan Gong, Buang Unggun, Ngengelat dan Umbul –Umbul dan Temetian / Presean

1.    Balen Unggun
    Balen unggun merupakan tampat menaruh sekam atau dedak padi, disamping itu juga Masyarakat adat menyiapkan tempat untuk menaruh alat-alat penumbuk padi yang disebut “tempan”, tempan ini terbuat dari bambu.

2.    Bisok Rantok
Rantok (lesung perahu) yang digunakan untuk menumbuk padi perlu dibersihkan karena hanya digunakan pada saat ritual adat tertentu. Pembersihan dilkukan oleh kaum pria yang tenaganya masih kuat.
3.    Ngalu Gerantung
    Ngalu Gerantung adalah proses penjemputan “Gong” dan alat music lainnya dari Kampu Bat Orong (Bayan Barat) oleh warga Masyarakat Adat Kampu Karang Bajo, alat Gamelan yang dijemput ini digunakan sebagai music pengiring pada saat perisean (temetian). Setelah rombongan penjemput Gerantung tiba di Kampu Karang Bajo dilaksanakan  serah terima dengan ngaturang lekesan (sirih dan pinang) di Berugak Malang dan acara ritual “tekan gawe” dimulai. Alat music dimainkan oleh siapa saja yang bisa dan mau memainkannya selama acara berlangsung.

4.    Menutu
    Menutu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menumbuk padi menjadi beras. Proses menutu ini dilakukan oleh kaum perempuan, dan dilaksanakan setelah “gugur kembang waru”, sekitar jam 15.00 Wita. Alat yang digunakan adalah tempan yang terbuat dari bambu dan lesung perahu (rantok) yang terbuat dari kayu. Kaum perempuan yang ikut dalam prosesi ini harus menggunakan busana Jong (ikat kepala perempuan), dalam prosesi menutu ini dipimpin oleh Inan Meniq.

5.    Tunggul
Tunggul adalah sebagai tempat untuk memasang umbul –umbul yang terbuat dari bambu tutul yang akan dipajang pada setiap pojok Masjid Kuno Bayan. Proses pencarian tunggul ini dipimpin oleh seorang pemangku yang disebut “Amaq Lokaq Penguban”. Proses ini dilakukan setelah mendapat atau menerima lekok buak dari Inan Menik, lekok buak tersebut digunakan sebagai media bertabiq kepada pohon bamboo tutul yang akan ditebang. Penebangan tunggul ini dilakukan oleh 5 (lima) orang, dimana empat (empat) orang sebagai pembawa tunggu yaitu dari keturunan Penguban, Pembekel, Amaq Lokaq gantungan Rombong, Pande dan satu orang dari kalangan Masyarakat Adat sebagai pembawa bamboo ikat.

6.    Penjemputan Gong
    Alat music Gong yang sudah berada di Kampu Karang Bajo diambil kembalioleh Masyarakat Adat dari Bayan Barat, beserta satu ikat kayu bakar, satu ekor ayam, kelapa dan beberapa bahan lainnya yang digunakan untuk mengukup (mendo’akan) alat music Gong sebelum digunakan sebagai pengiring perisean / temetian.

7.    Buang Unggun
    Sekam padi yang dikumpulkan di atas balen unggun tersebut dibuang ke Kali Masan Segah yang letaknya sekitar 400 meter dari Kampu Karang Bajo. Dedak beserta sekan padi itu diyakini oleh Masyarakat Adat sebagai penyubur ikan yang ada di kali. Kaum perempuan membawa dedak dan sekam padi, sedangkan kaum laki-laki membawa tempan.

8.    Ngengelat dan Umbul-Umbul
    Di Masjid Kuno, dibawah sinar bualn purnama, para pemimpin adat dan Agama mulai melaksanakan “Ngengelat” yaitu mendandani ruangan Masjid Kuno dengan kain yang memiliki symbol-simbol sarat penuh makna. Kain yang berwarna putih dan biru di pasang pada langit-langit Masjid Kuno, sedangkan kain yang lainnya dipasang pada setiap tiang Masjid. Sementara di luar Masjid Kuno, dilaksanakan pemasangan umbul-umbul disetiap sudut dengan ujung umbul-umbul manghadap Masjid Kuno.

9.    Perisean/Temetian
Perisean/temetian merupakan suatu kesenian adu ketangkasan dua pria dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul (temeti) dan kulit binatang sebagai perisai (pelindung). Perisean ini terbuka untuk semua kalangan Masyarakat yang mau adu ketangkasan. Acara ini dilaksanakan di depan Masjid Kuno dengan diiringi oleh alatmusik gong. Para petarung (pepadu), yang sudah adu ketangkasan/kemampuan harus bersalaman dan tidak dijadikan suatu dendam walaupun ada yang terluka. Jika salah satu ada yang merasa tidak mampu untuk menandingi lawan, maka harus mengundurkan diri. Kesenian perisean Mulud Adat merupakan tradisi ritual yang dilakukan sejak berabad-abad dahulu. Perisean ini merupakan acara terakhir dihari pertama/kayu aiq (tekan gawe).

II.    Hari Kedua “Gawe”
Hari kedua tanggal 12 rabiul awal (Ton Jimahir) bertepan dengan tanggal 15 Rabiul Awal Tahun 1434 H / Tanggal 6 Januari Tahun 2015 M. adalah puncak acara yang disebut dengan “Gawe” acara gawe ini ada beberapa macam prosesi yang dilakukan yaitu ;Menyemblih (sembelih), Bisok menik, Pengaluan Payung Agung, Pembuatan Ancak, Mengageq, Praja mulud , Bisok Berugak Agung, Majang, Memblonyo,Meriap dan Melusut

1.     Menyemblih (sembelih)
        Menyemblih merupakan kegiatan pemotongan sapi atau ternak yang di bawa oleh Masyarakat Adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh kyai Adat yaitu kyai Lebe yang dibantu oleh santrinya semua masyarakat adat. Dan menyembleh Ayam dan Kambing tempatnya di dalam kampu dekat pedangan sedangkan penyemblehan hean besar sepeti kerbau di lakukan di luar kampu.

2.     Bisoq Meniq
    Bisoq Meniq merupakan proses membersihkan beras yang sudah dibersihkan (tempik) dengan iringan-iringan panjang para perempuan adat dengan rapi berbaris dengan bakul-bakul  beras di kepala menuju lokok (kali) “Masan segah” yang memang di khususkan untuk mencuci beras pada saat acara ritual Mulud Adat bayan dilaksanakannya, jaraknya sekitar 400 meter dari kampu Karang Bajo.
    Bagi kaum pria, melaksanakan pemotongan ternak-ternak yang yang sudah dibawa oleh masyarakat adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh Kyai Adat yaitu kyai Lebe.


3.     Pengaluan Payung Agung
    Paying Agung yang hanya di bawa oleh Amaq Lokaq Penguban di jemput oleh masyarakat Adat Bayan Barat, Bat Orong. Paying Agung tersebut di gunakan untuk memayungi pasangan pengantin pada saat Praja Mulud dari Bayan Barat ke Masjid kuno.

4.     Pembuatan Ancak
        Ancak adalah tempat digunakan untuk mengageq, yang terbuat dari bambu, berbentuk persegi dan di buat oleh kaum pria. Ancak ini merupakan sesuatu hidangan pada saat acara makan bersama di Masjid Kino oleh para pemuka Agama Adat, sedangkan untuk masyarakat adat makan bersama didalam kampu.


5.     Mengageq
        Mengageq yaitu menata hidangan diatas sebuah tempat yang terbuat dari bambu, yang dirancang sedemikian rupa hyang disebut dengan “Ancak”  serta menata hidangan diatas “Sampa” yang terbuat dari kayu, yang nantinya dihidangkan pada saat acara di masjid kuno dan acara meriap di Berugak Agung. Mengageq ini hanya dilakukan oleh kaum perempuan.

6.      Praja Mulud
        Para Pemuda Adat yang di dandani menyerupai sepasang penganting yang di iring dari rumah “Pembekel Belq Bat Orong” (pemangku adat dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian berupa hidangan seperti nasi dan lauq pauqnya (Ancak) “Praja mulud” ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa yang di simbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata Adat Bayan.

    Rombongan Praja Mulud yang sudah masuk dalam Masjid Kuno duduk dengan rapi, salah satu pemuka Agama mempin do’a di lanjutkan dengan makan bersama. Kegiatan ini merupakan wujud rasa syukur warga Adat Sasak Bayan kepada para ulama sekaligus menjadi perayaan kelahiran Nabi Muhammad. S.A.W yang di rayakan secara Adat.

7.    Bisoq Berugaq Agung
        Bisok berugaq Agung merupakan tugas dari dua orang laki-laki dari masyarakat adat. Hal ini di lakukan agar berugaq agung yang di gunakan sebagai tempat majang dan memblonyo  dalam keadaan bersih dan suci.

8.     Majang
        Majang merupakan proses menghiasi “Berugak Agung” dengan menggunakan kain dan dilakukan oleh kaum perempuan berdasarkan garis keturunan yaitu; di tiang sebelah tenggara oleh Melokaq Gantungan rombong, tiang tengah timur oleh Penyunat, tiang timur laut oleh Pande, tiang barat laut oleh keturunan Kyai Lebe

9.     Memblonyo
        Memblonyo merupakan kegiatan pemberian tanda kepada Masyarakat Adat oleh wanita dari keturunan yang ikut dalam proses Majang tersebut. Blonyo  ini adalah minyak yang terbuat dari kelapa “Mareng” yang dibuat oleh masyarakat Bat Orong, dimana kelapa tersebut di bawa dari masyarakat Adat Karang Bajo.

10.      Meriap
        Meriap adalah makan bersama di Berugaq Agung yang di hadiri oleh para undangan yang berasal dari Bat Orong, Plawangan, Timuq Orong, dan Pemuka Agama dan Adat dari Karang bajo. Meriap dipimpin oleh Kyai Lebe yang di pesilaq (Permintaan) dari melokaq Gantungan Rombong. Meriap tersebut di layani oleh sebagian masyarakat untuk menambah makanan yang tersedia di “Sampaq” Kagungan

11.      Melusut
        Melusut adalah membuka kembali “Pajangan” (kain yang menghiasi Berugaq Agung) oleh masyarakat Adat setelah Pajangangan tersebut selesai maka seluruh rangkaian acara Mulud Adat selesai dan masyarakat kembali kerumah masing-masing. Demikian sekilas tetang tahapan acara peringatan Maulid Adat di Kampu Karang Bajo Bayan ( SK-22-0005 ).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar