Rabu, 20 Mei 2015

Sejarah Penyebaran Agama Islam Masuk di Bayan

DKB, Sejarah Penyebaran Agama Islam di Bayan  sekitar abad ke-16 masuk melalui pantai Utara Bayan namanya Bandar Laut yang dulu ada Rumah Adatnya namanya mak lokak subandar  tempatnya di Labuan Carik  Desa Anyar Kecamatan Bayan Lombok Utara 5km dari Desa Karang Bajo. Yang sekarang ada sudah di bangun Dandar Laut Intrnasional hal itu menurut Para Toak Lokak di Karang Bajo,

Penyebaran Islam pertama di Bayan pembawanya adalah  Syeh Nurul Rasyid gelar Sufinya Gauz Abdul Razak, ia menetap dan mendakwah di Bayan sampai mengawini Denda Bulan  yang melahirkan seorang anak yang bernama Zulkarnaen . keturunan inilah  yang menjadi cikal bakal raja  raja Selaparang , kemudian Gauz Abdul Razak Kawin lagi dengan denda Islamiah yang melahirkan anak namanya Denda Komariah, yang popular  dengan sebutan Dewi Anjani, Syeh Gauz Abdul Razk makamnya berada di sebelah selatan Masjid Kuno Desa Bayan ( namanya Makam reak disebelah masjid kuno ).

Masuknya Agama Islam pada abad ke-16 dari Bayan dan Pulau Lombok membawa perubahan besar dalam pola dan sistim kehidupan masyarakat  pada waktu itu, sebagai bukti perjuangan beliau  telah  berdirinya sebuah masjid di Bayan dinamakan Masjid Kuno tempatnya di Desa Bayan.

Untuk Mencukupi Mukim agar masjid kuno bisa dipakai untuk solat Jumat pada jaman dahulu maka datanglah seseorang dari suku Bajo yang menetap di sebelah utara Masjid Kuno yang kini disebut Kampung Karang Bajo. Buktinya ada kampu ( rumah adat mak lokak gantungan Rombong Karang Bajo ).

Wet masjid kuno ada 4 kepembekelan- pembekel Beleq Bayan Timur, tempatnya di Desa Bayan - pembekel beleq Bayan Barat di Desa Bayan, pembekel beleq Loloan  tempatnya di Desa Loloan dan Pembekel beleq Karang Bajo tempatnya di Desa Karang Bajo. Di masing masing pembekel ini ada rumah adat dan Pemangkunya.

Beralihnya Pemeluk Agama  lama yaitu agama Hindu ke agama Islam tidak secara merta, melainkan melaui proses panjang, dari proses peralihan tersebut  munculnya komunitas Islam Wetu Telu’ yang sampai saat ini bukti yang masih kita liat adalah pakaian adat Bayan seperti kereng londong abang, kereng poleng, sapuk batik,  dodot rejasa dan sebagainya, pakaian adat tersebut dipakai oleh masyarakat adat bayan pada acara sareat agama seperti, acara maulid Nabi Muhammad SAW, acara Idul Pitri, Idul adha, dll.

Islam Wetu Telau adalah sitem kepertcayaan sinkretik hasil saling silang  ajaran Islam, Hindu dan unsure animisme ( Boda ) system ini ada pada lontar jati suara yang awalnya mulai dari lafal Bismillah tapi selanjutnya mengandung ajaran hindu dan buda, oleh karena itu wetu Telu adalah agama majapahit ( hindu buda ) yang sudah di bungkus dengan ajaran Islam.

Akibat dari proses islamisasi yang belum tuntas menjadi penyebab utama munculnya Islam Wetu Telu’  di sisilain pada saat kedatangan agama islam disambut dengan masi kuatnya kepercayaan tradisional  animisme ( boda ) belum lagi pengaruh ajaran agama hindu majapahit yang telah mendalam hal ini cukup merepotkan para mubalig untuk menyempurnakan keislaman masyarakat dan dalam waktu yang tidak terlalu lama para mubaliq terlanjur pergi untuk menyebarkan islam ke tampat lain di Pulau Lombok. Sumbawa, dompu dan bima.

Arti dan makna Islam Wetu Telu, Wetu berarti hukum dan telu berarti tiga adapun hukum yang ketiga itu yang dimaksud adalah adat, agama dan Pemerintah. Sedangkan muncul ( Metu ) melalui 3 jenis yaitu tioq ( tumbuh ), menteloq ( bertelur ) dan menganak ( melahirkan ). Ketiga rangkaian ini masih kita lakukan sareat tek lauk ke hutan adat Gedeng lauk desa Loloan dan tek daya ,hutan adat bangket bayan Desa Bayan / atau menjojo.

Komunitas Islam Wetu Telu ini secara khusus dalam sejarah berada di wet Masjid kuno di 4 kepembekelan yang ada di 4 Desa Kecamatan Bayan yaitu Desa Bayan, Desa Karang Bajo, Desa Loloan dan Desa Senaru. Secara umum ada di Kecamatan Bayan ini seperti Barong Birak Desa sambik Elen, Desa anyar, Desa sukadana, Kecamatan kayangan Desa Salut, Desa gumantar, Desa Sesait, Kecamatan Gangga Desa Bentek, Kecamatan tanjung Desa tegal Maja, Desa Tanjung. Kecamatan pemenang Desa pemenang Barat Lombok Utara.

Golongan Islam Wetu Telu dalam sejarah yang melaksanakan Ibadah sembahyang hanya dilakoni oleh para kiyai yaitu sembahyang Dzuhur pada hari jum’at, sembahyang mayit,  sembahyang  teraweh pada bulan puasa, sembahyang hari raya idul fitri dan idhul adha. Sedangkan sembahyang wajib yang 5 waktu tidak di laksanakan sama sekali oleh kiyai apalagi masyarakat adat. Sedangkan jama’ah adat hanya sebagai pendukung menyiapkan kebutuhan sareat agama.

Golongan Islam yang dulu disebut Wetu Telu yang ada di Bayan,  sekarang sudah berubah, masyarakatnya banyak yang bisa ngaji, hatam Al-Qur’an, sholat 5 waktu juga, banyak masjid dan musholla bahkan ada penduduk asli Bayan yang menunaikan Ibadah Haji ( Kertamalip ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar