Sabtu, 14 Mei 2016

Mak Lokak Karang Bajo Lakukan Ritual Adat Ngaji Gubug

Karang Bajo ( SID ). Mak Lokak Karang Bajo yang sekarang  di jabat oleh Aman Saria selaku mak lokak Pande bersama  mak Lokak Walin Gumi , Mak Lokak Penguban, mak Lokak Karang Tulis,  mak lokak Singgan, mak lokak lang-lang, mak lokak senaru dan Pembekel Adat melakukan Ritual Adat ngaji Gubug / ngaji Makam  di Dalam Kampu Karang Bajo 13-05-16.

Pembekel adat  Gubug Karang Bajo Sudiawan, menceritakan bahwa proses acara Ngaji Gubug adalah sebuah proses acara syukuran yang mana para toak lokak sebelum hari H dinamakan kayuk aik  toak lokak ini melakukan ritual mengosap hanya membawa kain kecil disebut usap dan sekapur sirih secukupnya di malam hari atau  mengunjungi Makam Penghulu dan makan syeh Gauz Abdurrazak / makam ulamak yang telah menyebarkan Agama Islam Pertama di Pulau Lombok yang makamnya berada di sebelah selatan Masjid Kuno Bayan Beleq makam itu disebut makam reak dan beberapa makam para tokoh adat. Sepulang dari proses mengosap para toak turun melakukan proses pembuatan Peset atau sejenis menu makanan yang terbuat dari ketan yang berwana putih di campur dengan Gula Kelapa bersamaan waktunya dengan pembuatan Penimbung atau Beras Ketan yang telah di aduk dengan Santan Kelapa lalu dimasukkan kedalam bambu yang masih muda setelah itu baru dibakar dengan cara disandarkan agar airnya tidak tumpah terakhir setelah penimbung dinyatakan matang baru kulit bambu di kupas agar kelihatan bersih dan cara memakannya adalah dengan cara membelah bambu sehingga rasanya enak dan harum.

Pada hari H paginya dilakukan proses pemotongan ternak kambing dan beberapa ekor ayam kampung oleh Kiyai lebe dan para toak turun yang lain sedangkan yang menjadi aman jangan atau istilahnya penangung jawab bidang sayur mayor dan daging adalah mak lokak walin gumi, dilanjutkan dengan proses masak memasak oleh masyarakat adat laki dan perempuan hingga siang hari proses itu hanya boleh dilakukan didalam kampu atau komplek tertentu tidak boleh di olah diluar lingkungan itu baru sore hari dilakukan prose periapan atau puncak acara sukuran dilakukan pada satu tempat yaitu berugak saka enam dinamakan berugak agung, di berugak ini para toak lokak dan tokoh adat  duduk berhadapan, posisi kiyai duduk jika pada acara kepatian ( Mendo’akan Orang yang sudah Mati ) berada disebelah timur menghadap ke barat sedangkan kalau acara urip ( Mendo’akan orang yang masi hudup ) yaitu pesta kelahiran, cukuran, khitanan, perkawinan dan acara ke agamaan lainnya,  kiyai berada di sebelah barat menghadap ke timur dan yang menggunakan baju puteh kain londong abang, dodot rejasa dan ikat kepala Putih hanyalah Kiyai Lebe sementara para toak lokak lainnya hanya menggunakan Kain batik lalu di pinggangnya ada dodot rejasa dan memakai sapuk batik.

Sebelum Proses Periapan di mulai kayuk aik mengeluarkan sampak  yang sudah di tutup berisikan makanan siap saji lengkap dengan peset dan penimbung ada 8 buah sampak masing masing sampak untuk 2 orang sehingga jumlahnya ada 16 orang yg duduk saling berhadapan di berugak agung tersebut baru mak lokak gantungan Rombong  menyilak atau memohon kepaka Kiyai Lebe untuk memimpin Do’a, baru Kiyai memulai membaca ayat-ayat pendek dalam Al-qur’an setelah itu dilanjutkan dengan do’a, setelah berdo’a baru makan bersama sesuai adab makan, setelah makan dilanjutkan dengan makan peset dan penimbung, setelah selesai acara periapan di tutup dengan do’a yang di pimpin oleh kiyai lebe baru selaman atau berjabat tangan tanda acara sudah selesai.

Harapan para toak lokak kepada remaja adat putra putrid yang berada di wilayah wt kepembekelan  Karang bajo maupun kepada semua toak turun agar setiap waktu ada acara ritual adat bisa hadir melaksanakan acara dengan tujuan untuk mempertahankan adat dan budaya peninggalan nenek moyang  kita dan bisa kita jaga jangan sampai kita kehilangan jejak sehigga adat dan budaya tidak punah begitu saja. ( Ardes ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar